Kamis, 17 Juni 2010

Hari Valentine


Sama dengan perayaan hari Natal, inti dari perayaan Valentine di Jepang adalah masalah berkumpul dan memberi hadiah. Di sini tidak ada yang menghubungkan perayaan Valentine dengan agama atau yang lainnya. Yang penting party and happy. Bedanya dengan Natal, kalau Natal lebih cenderung perayaan keluarga, kalau Valentine tentu saja lebih cenderung bagi mereka yang masih dimabuk asmara. Karena itu, hari Valentine tidak seheboh Natal.


Yang khas dari Valentine's Day di Jepang adalah coklat. Bedanya, di Jepang, coklat ini diberikan oleh cewek atau wanita ke cowok atau prianya. Bagi mereka yang sudah berkeluarga, coklat ini diberikan oleh sang istri kepada suaminya. Karena itu, bagi para pria di Jepang, dari ABG sampai pria dewasa yang masih single, hari Valentine termasuk hari yang paling ditunggu. Pertama, untuk mengetahui seberapa populer dia di mata temen-temen ceweknya. Cowok-cowok yang ganteng, kakkoi, nice looking, sering akan kebanjiran coklat. Selain mereka yang ganteng, mereka yang baik hati dan penuh kharisma mungkin juga akan menerima coklat. Di luar itu, hanya yang beruntunglah yang menerima coklat, hehe. Yang kedua adalah untuk mengetahui apakah cewek yang dia taksir mempunyai perasaan yang sama. Jika si cewek yang dia taksir memberi coklat kepadanya di hari Valentine, berarti kemungkinan besar si cowok tidak bertepuk sebelah tangan.


Tentang coklatnya sendiri, sudah tersedia 1-2 minggu di toko-toko sebelum hari Valentine. Dan tahukah rekan, hari Valentine merupakan salah satu hari yang saya tunggu. Lho kok? Menjelang hari Valentine, akan banyak etalase di mall yang khusus menjual coklat Valentine, jadi semacam pameran coklat, karena isinya coklat-coklat dari berbagai perusahaan dan hotel di Jepang. Yang asyik adalah, selalu ada etalase yang memberikan sampel gratis pada pengunjungnya! Jadi, menjelang hari Valentine begini saya dan istri rajin ke mall untuk incip-incip coklat, hehehe. Enak lho coklatnya! Tidak gatel di tenggorokan, lembut, dan nyammy… Tentu saja karena harganya memang tidak murah. Yang paling murah 300-an yen bungkusnya sekitar 3-5×8-10 cm, berisi 3-4 bola coklat kecil. Karena itu, kalau ingin makan gratis coklat senilai 300-an yen, datang saja ke etalase yang menjual coklat tersebut 3-4 kali. Jadi datang pertama ambil 1 sampel (1 bola coklat, jadi bukan secuil coklat. Mereka tidak pelit dalam ngasih sampel, kok), lalu jalan ke etalase lain, mengicipi coklat di etalase lain, trus balik lagi ke etalase pertama untuk mengambil kedua, lalu jalan ke etalase lain, mengicipi coklat di etalase lain, begitu seterusnya. Kalau misalnya takut malu atau takut diapalin mbaknya yang jaga, setelah satu putaran ditinggal dulu jalan-jalan ke tempat lain, melihat baju, misalnya. Lalu setelah beberapa menit atau jam, kita kembali lagi, untuk incip-incip lagi. Jadi kalau misalnya, ada 10 etalase, dan kita sudah berkeliling sebanyak 3-4 putaran, itu sama saja kita sudah makan coklat gratis senilai 3000-an yen, hohohohoho…. Lho, mbak yang jaga apa tidak marah? Inilah Jepang. Konsumen adalah raja. Tidak akan ada penjaga etalase yang berani marah, menunjukkan wajah masam, nyindir-nyindir, dll. Dan puncaknya adalah hari Valentine itu sendiri. Kalau kita beruntung, coklat yang kita incar akan didiskon, setengah harga! Alasannya, begitu tanggal 15, etalase-etalase penjual coklat tersebut akan dibongkar. Padahal banyak etalase yang coklatnya berasal dari luar kota. Namun jika tidak beruntung, coklat yang kita incar sudah habis. Valentine's Day di Jepang Afie's

Stumble
Delicious
Technorati
Twitter
Digg
Facebook
Reddit

0 Comments:

Posting Komentar